Meracik Developer
Pada jaman digital seperti sekarang tentunya market untuk barang2 analog mulai terbatas, sesuai hukum pasar dimana demand menurun maka supply akan juga menurun dan tentunya penjual akan mikir seribu kali untuk menyetok mengingat perputarannya akan sangat lambat.
Dengan kelangkaan film, kimia, dan alat2 mainan di darkroom ini timbul pemikiran untuk meracik sendiri kimia foto, dengan keuntungan: lebih fresh (ini karena pengalaman saya 6-7 tahun yg lalu developer yg dibeli ternyata sudah fatigue, sudah lemah, dektol waktu itu saat di campur air sudah berwarna kecoklatan tua) walaupun masih dapat digunakan, tetapi sesuai prinsip dasar darkroom bahwa sangat diperlukan sesuatu yg konsisten, bila developer yg sudah lemah, kita tidak tahu lagi kadar kekuatannya seberapa, apakah sama kekuatannya masing2 bungkus? Bertolak dari ini maka meracik sendiri lebih masuk akal bila kita tetap ingin mempertahankan hasil yg konsisten. Jadi bahwa enaknya motret pake analog itu bisa dag dig dug hasilnya bisa ditinggalkan, karena kita tahu pasti hasil akhir foto kita bila kita konsisten.
Developer terdiri dari 3 unsur dasar
– Developer agent
– Preservative
– Accelerator
Developer agent:
Yg secara sederhana dijelaskan sebagai Adalah kimia organik yg berfungsi merubah silver halide ke silver metalik, ada beberapa macam developer agen antara lain, metol, hydroquinone, phenidone, pyrogallol, cathecol, acorbic acid, paraminophenol, amidol , glycin dll.
Preservative:
Digunakan terutama untuk mencegah oxydasi dari developing agen, unsur yg banyak digunakan adalah sulfite, sulfite juga merupakan silver solvent (pelarut silver), bisulfite dan metabisulfite sering digunakan juga jika kita tidak menghendaki film yg terlalu halus, silver solvent yg agak berlebihan mengakibatkan, negative lebih halus grainnya tetapi efeknya akan nampak “sedikit tidak tajam.” Karena itu penggunaan sulfite harus digunakan dengan ukuran yg pas hanya cukup mencegah oksidasi sehingga negative tidak terlalu halus, sedangkan penggunaan metabisulfite memerlukan accelerator yg lebih karena bersifat asam.
Accelerator:
Kadang disebut juga aktifator, yg akan membuat developer bersuasana alkali sehingga developer agen bereaksi. Tingkat alkalinitas developer akan mengakibatkan kecepatan waktu develop dan jika berlebihan akan mengaktikan fog center, yg mengakibatkan non latent image akan terdevelop juga, nanti sedikit akan kita bahas ttg ‘fog’ di bab restrainer.
Sodium carbonate yg paling banyak digunakan, atau bisa digantikan hampir dengan berat yg sama dengan potassium carbonate, (potassium bisa lebih banyak larut dalam air disbanding sodium), unsur lain adalah sodium hydroxide, borax, metaborate dll dll.
Disamping ketiga unsur tersebut ada satu bahan lagi yg sering digunakan yaitu RESTRAINER atau disebut juha ANTIFOGGANTS, banyak digunakan untuk menghalangi atau menahan berkembangnya fog.
FOG: adalah non latent image yg ikut terdevelop, atau di buku G Haist, disebut unwanted silver density, fog ini akan ada di seluruh frame negative, untuk mudah mendeteksi ketebalan fog bisa dilihat dari pinggiran film yg tidak terekspose (film yg terekpose akan menghasilkan latent image yg nanti bila didevelop akan menjadi gambar yg akan dicetak, sedangkan yang tidak terekspose disebut non latent image akan larut pada wajtu fixing, sehingga seharusnya bila tidak ada fog pinggiran harusnya bening atau kalau diukur didensito meter hanya akan menghasilkan ketebalan 0,1)
Pada awal pembuatan film, umur film tidak lama hanya dalam hitungan bulan karena timbul fog ini, maka sejak itu dipakai juga restrainer ini di emulsi film. fog bisa timbul karena :, emulsi fog, aerial fog atau oksidasi, chemical fog , terekpose secara tidak sengaja, dll dll, untuk mencegah ini maka dipakai restrainer atau antifoggants, unsur ini akan bereaksi terhadap emulsi secara keseluruhan tetapi lebih banyak bereaksi kepada non latent image, karena itu berguna sebagai anti fog. Akibat buruk fog adalah di negative akan lebih tebal secara keseluruhan dan bila kita ingin mendapatkan cetak yg bagus, fog akan mengurangi detil dan kontras di shadow.
Benzotriazole dan potassium bromide umu digunakan sebagai restrainer.
Dalam suatu diskusi di salah satu situs analog, saya pernah ditanya tentang ‘rem bromide’ terus terang saya tidak pernah mendengar istilah ini, usut punya usut ternyata diambil dari buku Prof. Soelarko yang menterjemahkan ‘restrain’ sebagai ‘rem’. dan secara sangat kreatif oleh sipenanya dihubungkan dengan mengerem highlight.
Konteks permasalahannya adalah penanya menanyakan hal tersebut sehubungan dengan teori sang penanya bahwa dengan adanya rem bromide maka hukum exposed ‘exposed for shadow develop for highlight’ yang dikemukakan oleh Ansel Adam bisa tidak berlaku, dan dibalik exposed for highlight develop for shadow, jadi metering saja di highlight sedangkan dengan develop secara semistand akan menaikkan atau melindungi shadow, dan rem bromide akan mencegah highlight untuk berlebihan, walaupun developer tidak mengandung bromide tetapi film waktu didevelop akan melepaskan bromide yg akan mengerem highlight.
Penjelasannya:
Semistand dipakai sejak puluhan tahun yang lalu untuk menurunkan highlight di scene yg kontras tinggi, karena, dengan mengurangi agitasi (agitasi gunanya untuk menukar developer yg menempel di negative dan bekerja lama2 akan haus, terutama di bagian highlight, developer akan bekerja lebih keras karena highlight silver nya lebih tebal dari shadow, dengan di agitasi bagian highlight akan mendapat developer yg baru terus, jadi highlight di rem bukan oleh bromide tetapi karena developer dibagian itu menjadi haus. (seperti dijelaskan diatas bahwa restrainer bromide lebih bekerja ke non latent image untuk mencegah fog, daripada ke bagian latent image / highlight, kalaupun bagian emulsi secara keseluruhan juga bisa terhambat tetapi tidak sebesar pengaruhnya ke non latent image, pemakaian yg berlebihan akan menurunkan speed film (iso film) ). satu lagi kelemahan teori ini kalau memang bromide ngerem dihighlight saja, kenapa tidak menambakan bromide banyak2 biar highlight tidak blown?
Untuk membuktikan kesahihan teori AA tentang ekspose for shadow develop for highlight, coba saja metering kesuatu tempat yg rata EV nya, turunkan menjadi zone I (misalnya dg f/8 mendapat 1/50, diturunkan 4 stop menjadi f/8 s1/800 untuk menjadi zone I kemudian develop 3-4 jam, maka akan terbukti bagian shadow tidak akan naik sebanyak highlight semakin rendah zonenya semakin sedikit dan hampir tidak ada penambahan density, sedangkan hilight akan bertambah banyak ketebalannya, terutama di zone2 VI keatas, semua yg tidak terekspose tidak akan bisa dikeluarkan dinegative dengan cara apapun. Sebaliknya bisa eksperimen untuk highlight dengan menggunakan semistand yaitu dengan ekspose 2x ke zone VIII (diperlambar 3 stop speednya) frame develop dengan waktu normal yg sudah didapat dan satu lagi lebihkan waktunya 3-4 jam, maka bagian highlight akan naik, karena itulah maka sangat diperlukan untuk mengontrol shadow pas exposure dan mengontrol highlight pas dev, bila didiamkan 2-3 hari maka ketebalannya akan bertambah banyak sehingga negative tidak bisa dilewati oleh sinar enlarger lagi. dengan cara ini maka akan terlihat bahwa bagian shadow akan sedikit bahkan hampir tidak ada pemnambahan ketebalan, dibandingkan dengan highlight yg akan bertambah banyak.
Dalam meracik developer dan kimia photo lakukan dengan hati2, selalu sesuai dengan urutan yg ditulis, karena bila terbalik ada beberapa yg akan bereaksi sebaliknya atau malah tidak mau larut sama sekali, seperti sulfite dan metol, metol tidak akan larut didalam larutan sulfite, jadi harus metol duluan sampai larut br kemudian sulfite. Dll dll,
Bahwa perbandingan jumlah berat masing2 unsur yg ada di resep2 developer tentunya sudah melalui penelitian bertahun2 oleh masing2 pembuat, tentunya digunakan masing2 untuk keperluan tertentu untuk mendapatkan hasil optimal, seperti misalnya D23 digunakan untuk scene yg high contrast, karena soft developer, bila d23 di campur 1:3 akan menghasilkan ketajaman. Dll dll
-Unsur2 yg tersedia di Jakarta saat ini adalah Metol, HQuinon, p-aminophenol (paracetamol) sulfite, sodium carbonate (sepertinya di CAPA pasar baru ada)
Sebagai penutup bahwa, semua cara kerja darkroom dikembalikan kepada pelaku masing2, jika sudah dapat dan bekerja dengan konsisten pertahankan saja, sehingga bisa konsentrasi kehal2 lain di foto. Tidak ada cara yg benar ataupun yg salah semuanya dikembalikan ke individu masing2, toh tujuan akhirnya, ‘biar foto yang bicara’ (fn pinjem ya quotenya)
Semoga tulisan pendek ini bisa berguna, silahkan bila mau berdiskusi.
Salam
Link untuk resep2:
– http://unblinkingeye.com/Articles/articles.html
– www.apug.org (bagian artikel)
– Buku darkroom cookbook dan film cookbook